Monday, May 12, 2008

Nonton Thomas - Uber Cup 2008 Yuk !!!

e

Perhelatan Thomas – Uber Cup 2008 yang digelar di Jakarta mulai tanggal 11 – 18 Mei 2008 telah dimulai. Animo masyarakat pun sangat besar untuk menyaksikannya, termasuk Rina. Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik dan mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi (halah .. bahasanya…) Rina juga mau dong menyaksikan secara langsung perhelatan 2 tahunan sekali itu. Apalagi kali ini diselenggarakan di “rumah” sendiri, jadi kapan lagi bias nonton. Kan belum tentu setiap dua tahun diadakan di Indoensia. Atas dasar itulah kemarin (Minggu, 11 Mei 2008) Rina berniat untuk menyaksikan secara langsung di Istora Senayan. Oh ya, pada postingan ini Rina nggak akam membahas secara teknis bagaimana penampilan tim kita. Kalau bicara tentang teknis, kita serahkan saja kepada ahlinya yaitu Mas Roy Suryo, heheheheh (duh .. nggak nyambung ya !!). Niat untuk menyaksikan secara langsung sudah ada sejak Indonesia dipilih emnjadi tuan rumah, apalagi begitu Rina tahu kalau Thomas Cup kali ini akan diadakan di Jakarta. Lagiupla dari dulu Rina memang suka banget nonton pertandingan olahraga, baik itu yang berskala nasional maupun internasional seperti SEA Games, Tiger Cup, Asian Cup, Djarum Super Badminton Series, sampai Liga Sepakbola domestik. Walaupun terkadang Rina kurang tahu jalanya pertandingan seperti apa, tetapi Rina suka banget sama suasananya. Apalagi pas lagu Indonesia Raya dikumandangkan, wuih .. dijamin merinding disko deh. Kebiasaan notn pertandingan olahraga sudah Rina lakukan sejak masih kecil. Awalnya dulu sering diajak papa, lama-kelamaan jadi ketagihan dan sekarang sih lebih banyak nonton sama teman-teman. Cukup intermezzo nya and sekarang balik lagi ke Thomas – Uber Cup 2008. Tadinya sempet hopeless nggak akan bias nonton langsung di Istora, dari semua teman yang rina sms dan telpon, hanya Qivu yang merespon positif. Yang lainnya nggak bisa dengan berbagai alasan (semoga saja alsannya benar …). Sempet ragu juga sih kalau nonton hanya berdua, nggak asik aja. Tapi karena Qivu nya semangat banget, akhirnya kita jalan deh. Jam 5 sore, Qivu jemput Rina. Pertandingan dimulai jam 6 sore dan Rina masih berani berangkat jam segitu karena sebelumnya pas pertandingan Uber Cup yang disiarkan melalui stasiun TV, Rina masih melihat banyak sekali bangku kosong di Istora. Samapai di Senayan sekitar pukul 17.30 wah, mau masuk saja susah banget. Pintu masuknya banyak yang ditutup. Pertama kita coba masuk dari pintu yang dekat Hotel Century, tapi ditutup. Lalu putar balik ke arah Hotel Mulia dan mencoba masuk dari sana, ternyata ditutup juga. Tanya Pak Polisi katanya masuk dari Pintu I. balik lagi deh ke arah yang tadi. Dan ngeselin banget pas sampai pintu masuk yang dekat Hotel Century, ternyata dibuka. Wah, enapa nggak daritadi saja sih ?? Kan lumayan buang-buang waktu. OK deh, simpan saja marah-marahnya yang penting sekarang kan sudah bisa masuk dan mikirin mau parkir dimana cos parkiran penuh banget. Kebetulan di sana juga ada acara otomotif gitu dan pensi-pensi gitu deh. Akhirnya dapat parkir juga, eits jangan senang dulu. Kita kembali dibuat kesal dengan tukang parkir. Gimana nggak kesal, di pintu depan kita sudah dimintai uang parkir sebesar Rp. 3.000 eh pas di parkiran kita kembali dimintai uang parkir. Kali ini jumlahnya nggak tanggung-tanggung, Rp. 10.000 !! aaarrrggghhhh … gile apa, jangan mentang-mentang teman Rina bawa mobil BMW langsung cari kesempatan (tips no. 1 : jangan pernah bawa mobil bagus ke acara-acara seperti ini, kalau bisa naik angkot aja deh!! Atau nggak bawa motor lebih asik). Karena nggak mau cari ribut, akhirnya kita setengah terpaksa merelakan uang Rp. 10.000 untuk parkir, hitung-hitung bagi rezeki deh (tips no. 2 : jangan pernah cari gara-gara dengan orang-orang di tempat seperti itu cos biasanya teman-teman mereka banyak kecuali orang tua lo pangkatnya Jendral!! Nggak asik aja kalau pas acara udahan lo malah masuk rumah sakit atau nggak minimal kendaraa lo udah nggak lengkap lagi!!). Ternyata Qivu nggak bawa uang cash, dengan seribu maaf dia minta anterin Rina untuk cari ATM terdekat. Ke Hotel Sultan dulu deh buat ambil uang. Ternyata Hotel Sultan menjadi tempat menginap atlet dan official, di sana sempat bertemu Deddy “Miing” yang ternyata menjadi salah satu official. Entah kita nya yang norak atau memang Hotel Sultan nya yang super gede, kita sempat nyasar melewati ke suatu lorong yang ternyata tembus ke sebuah restoran. Dan kebetulan pula restoran tersebut menjadi tempat makan atlet dan offcial Thomas – Uber Cup 2008. Pas kita lewat ada atlet-atlet dari Selandi Baru, ganteng-ganteng deh pokoknya. Lumayan deh buat cuci mata cos banyak juga atlet dan official bule yang seliweran kesana-kemarin (ini bisa diliat dari nametag yang mereka pakai). Karena nggak nemu-nemu, kita bolak-balik tanya deh. Yang kita salut dari karyawan di sana, mereka tidak membedakan orang yang bertanya. Semuanya dijawab dan dilayanin dengan baik, termasuk kita. Padahal kalau diliat dari penampilan, boleh dibilang kita biasa banget deh. Aku Cuma pakai t-shirt, celana panjang dan sepatu. Qivu lebih parah, dia pakai sendal dan celana pendek hehehehe!! (tips no. 3 : jangan pernah malu bertanya dan jangan pernah malu dengan keadaan kita sendiri, PD aja lagi !!). Malahan kita mau dianterin ke tempat ATM karena mereka takut kita nyasar (emang udh nyasar pak !!), tapi kita tolak. Yang dicari akhirnya ketemu juga, lumayan jauh dari pintu masuk Hotel Sultan. Denagn tergesa-gesa kita kembali ke Istora Senayan, kebetulan kami juga belum mendapatkan tiket (tips no.4 : kalau bisa, belilah tiket min. 1 hari sebelum pertandingan untuk menghindari kehabisan tiket). Ternyata yang antri tiket lumayan banyak, bahkan sudah ada yang antri sejak siang tapi masih tetap belum mendapatkan tiket. Dari obrolan sana-sani dengan sesama pengantre, mereka mengakatakan bahwa daritadi tidak ada pemberitahuan tentang tiket. Jadi intinya keberadaan tiket masih simpang siur, memang sih ada yang bilang kalau tiket sudah habis. Tapi yang bilang seperti itu bukan dari panitia langsung, jadi agak sedikit meragukan. Beginilah enaknya kalau kita menonton langsung, kita akan mendapatkan banyak teman baru di sana.

Masih menyoroti soal tiket, di sini terlihat jelas bahwa ticketing nya blur banget. Kebiasaan Indonesia, kalau mengadakan suatu acara sepertinya tidak pernah evaluasi dari acara-acara sebelumnya. Harusnya panitia dapat berkaca dari perhelatan Asian Cup 2007 lalu dimana masalah ticketing adalah masalah yang paling banyak disoroti. Ketidakjelasan mengenai info tiket sebenarnya sudah ada selum Thomas-Uber Cup digelar. Biasanya pertanyaan pertama setiap orang ketika mendengar suatu event pastilah berhubunagn dnegan waktu dan tempat, “kapan sih ?? dimana emangnya??”. Yang kedua, pastilah biaya (dalam hal ini tiket), “bayar ga ?? kalau bayar tiketnya harganya berapa ?? belinya dimana??”. Lalu baru deh pertanyaan-pertanyaan tambahan seperti “acaranya ngapain aja ?? ada siapa aja ??”, iya kan seperti itu ?? Nah, seminggu sebelum acara dimulai Rina masih belum dapat info tentang tiket. Entah itu harganya maupun dapat dibeli dimana. Rina coba cari-cari di internet akhirnya ketemu juga. Dan Rina kaget banget karena menemukan info tiket tersebut justru dari sebuah blog. Memang sih yang punya blog itu adalah salah satu supervisor dalam acara Thomas Cup 2008. Tetapi, bukankah seharusnya di setiap situs (terutama situs sponsor) mencantumkan harga tiketnya ?? apa sih susahnya kasih sedikit space untuk informasi tiket, entah itu harga tiket ataupun tempat pembeliannya serta kapan loket tiket mulai dibuka. Karena yang Rina lihat, hampir semua keluhan orang-orang yang antri tiket itu sama yaitu mereka sama sekali tidak mendapatkan informasi tentang tiket. Harusnya panitia pelaksana sudah announce masalah tiket dari jauh-jauh hari. Dan harusnya lagi, tiket dan promosi lebih disosialisasikan lagi, labih gencar lagi. Bagaimanapun juga salah satu ukuran sukses dalam sebuah event adalah dapat dilihat dari banyaknya jumlah penonton. Tapi bagaimana kita mau nonton kalau mendapatkan tiketnya saja susah banget, kalau informasi tentang tiketnya saja susah. Padahal, sebelumnya tentu kita sudah melihat iklan-iklan di media cetak ataupun elektronik tentang event ini. Tapi ngaku deh, pasti semuanya nggak pernah lihat tentang info tiketnya kan ?? yang ada hanya tanggal dan tempat pelaksanaannya saja kan ?? Apa sih susahnya mencantumkan informasi harga tiket ?? kalau mereka-mereka beralasan bahwa informasi tiket sudah disebra melalui intenet, tunggu dulu sampai mereke mengetahui fakta yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia. OK, sekarang saya tanya kira-kira media informasi apa sih yang paling banyak dibaca/didengar oleh masyarakat kita ?? koran/majalah/tabloid/tv/radio/INTERNET ?? berani taruhan … pasti kalau diadakan polling beneran, jawaban yang paling banyak keluar adalah TV dan koran, bukan INTERNET!! Mengapa panitia tidak menitikberatkan informasi-informasi tersebut di media cetak/elektronik saja ?? jangan Cuma logo sponsor nya saja yang dibuat besar !! memangnya bagi masyarakat yang melihat, logo sponsor itu penting ya ?? sebelum-sebelumnya kita disindir karena sekarang rasa nasionalisme bangsa Indonesia sudah menurun, dan sekarang kita ingin membuktikan bahwa rasa nasionalisme kita masih tinggi. Kita memilih membuktikannya dnegan cara mendukung pahlawan-pahlawan olahraga kita. Tetapi bagaimana kita mau mendukung kalau kita saja dipersulit, mau nonton saja susahnya minta ampun. Rina percaya kok, kita semua hanya ingin menjadi warga negara yang baik dengan mendukung atlet-atletnya. Rina percaya bahwa masyarakat Indoensia sudah dewasa, sudah nggak zamannya lagi tuh ribut-ribut. Tapi bukankah keributan itu ada karena adanya pancingan ?? karena adanya desakan ?? Gimana kita nggak emosi, kalau kita nggak mendapatkan suatu kejelasan (masih ngomongin tiket nih!!). Mereka yang di atas sana nggak ngerasain sih gimana rasanya antri tiket, kepanasan, belum lagi di ping-pong sana sini, terus kalau bertanya belum tentu dijawab dengan enak dan sopan, disuruh ke tempat A eh sampai di tempat A malah disuruh ke tempat B, disuruh tanya si A, tanya si B, aaarrrggghhh males deh kalau sudah berurusan dengan birokrasi di Indonesia.

Yup, kita tinggalin masalah tiket dan kembali ke Istora Senayan. (tips no. 5 : sabar aja….jangan pernah kebawa emosi sama keadaan sekitar). Panik nggak dapat tiket, Rina akhirnya telpon Mas Angga, dia kan salah satu crew Trans TV dan tugas di dalam. Dia nggakbisa bantu karena dia juga nggak punya tiket. Mau pinjem nametag nggak mungkin, dia nggak akan bisa bergerak tanpa nametag. Coba telpon Pelangi, siapa tahu dia bisa minta tolong sama Danu, secara Danu kenal sama beberapa atlet pelatnas. Malang, Danu sedang berada di Surabaya. Hampir hopeless deh…..tapi kita tetap bertahan di depan Istora, sambil mengobrol dengan yang lainnya. Mau beli di calo harganya mahal banget, tiket yang harganya Rp. 20.000 dijual dengan harga Rp. 125.000, yang VIP nggak tahu deh, nggak berani tanya, takut shock pas denger harganya (tips no. 6 : sebisa mungkin hindari calo, kecuali kalau kepepet banget !! kalaupun mau beli, sebaiknya diam-diam saja, jangan di tempat yang ramai karena bisa-bisa kalau dilihat polisi urusannya bisa panjang deh). Qivu sempat punya rencana nggak waras, dia melihat banyak mobil yang keluar-masuk Istora lalu dia mengusulkan agar kita menumpang dalam mobil-mobil tersebut. Bener-bener nggak waras kan !! (tips no.7 : terkadang, punya rencana agak-agak nggak waras itu penting juga. Asal msh tau batesannay sih, hehehehehe). Aku sepertinya sudah benar-benar hopeless, tapi entah mengapa justru Qivu yang bersemnagat. Dia lalu mengajak Rina untuk kembali ke pintu masuk depan, dan di sana kita pura-pura goblok deh dengan tanya-tanya polisi yang jaga. Sok-sok polos dengan tanya mengenai tiket. Ada kejadian nggak terduga, ternyata salah satu polisi di sana adalah teman SMPnya Qivu. Waduh, rezeki deh!! Ngobrol-ngobrol sedikit, walaupun ujung-ujungnya Qivu minta dibantuin untuk masuk. Namanya Besus, dia bersedia untuk bantu masuk tetapi hanya sebatas masuk kawasan Istora saja. Karena untuk masuk ke dalam arena pertandingan, ternyata ada pemeriksaan lagi. Qivu nggak keberatan, yang penting kita bisa masuk. Masalah di dalam gampang deh, siapa tahu ternyata di dalam kita punya kenalan lagi yang menjadi polisi hehehehe *ngarep*. OK, kita sudah berada di dalam lingkungan Istora. Pasang muka innocent aja deh. (tips no. 8 : jangan pernah pasang muka pani, sok-sok nggak tau apa-apa aja !!). Di dalam, kita ketemu dengan orang-orang yang tadi antri bersama kita di depan. Mereka bisa masuk dengan bantuan seorang wartawan. Dan lagi-lagi ada kejadian nggak disangka. Rina melihat seseorang, sepertinya sih mukanya familiar, sepertinya satu kampus dengan Rina. Dia negor Rina “hei, lo bukannya asslab ya ?? rina kan??” woww…ternyata Rina tenar juga ya !! ahahahahaha. Ngobrol-ngobrol sedikit, ternyata dia juga mau nonton. Dia pun belum punya tiket, tapi ternayta dia bisa masuk !! lho-lho … gimana caranya ?? Manfaatin jabatan ah sedikit ”gw sm tmn gw jg mau donk masuk ke dlm. Bisa bantuin kan ?? klo nggak ntr account lo di labkom gw disable deh…hehehehehe” ß asli, yang terakhir itu bercanda banget, sumpah !! Akhirnya dia mau bantu dan caranya super duper guampang !! Rina nggak akan ceritain di sini, nggak etis ah. Yang jelas, akhirnya kita semua bisa masuk ke dalam dan menyaksikan secara langsung pertandingannya. Walaupun pas kami masuk ke dalam kedudukan sudah 1-1 karena kami tidak sempat menyaksikan partai tunggal pertama dan ganda pertama Indonesia. Malahan pas ganda kedua main, kita semua bisa pindah tempat duduk di kusri VIP. Pasti nggak percaya kan ?? beneran kok, Rina duduk di dekta Istrinya Taufik Hidayat (Armidianti Gumelar –red) dan Nirina Zubir. Rezeki banget deh pokoknya. Sebenarnya bukannya Rina mau melakukan tindak kejahatan, tetapi Tina sudah berusaha untuk mendapatkan tiket tersebut. Rina juga mempublish ini bukan berarti ingin pamer atau apalah. Rina Cuma ingin kalian semua yang baca tahu, bahwa penyelenggaraan Thomas-Cup 2008 boleh dibilang bobrok banget. Hanya sebagai bahan koreksi sajalah. Satu lagi yang Rina adpatkan dari kejadian semalam. Ternyata di Indonesia koneksi itu amat dan sangat penting ya. Buktinya karena kita (bukan hanya Rina) berkenalan dengan seorang wartawan yang baik banget (sumpah nggak boong, dia wartawan beneran, dr suatu koran, baik banget!!) dia bilang kapada kita, kalau besok (hari ini –red) ingin nonton lagi, cukup hubungi hp dia saja, 1 tempat VIP sudah di tangan untuk masing-masing yang mau datang. Surga dunia deh …..

Monday, May 05, 2008

Brand New Day


Hoopla !! it’s our brand new day !! guess why ?? because since May 2nd 2008, we’re become a big family of Computer Laboratory Budi Luhur University. Yeah …. Computer Laboratory Assistant, in fact !! Fuih … finally ….

And the story goes ….

Bermula pada hari Jum’at, 2 Mei 2008. Hari itu mungkin hari paling menegangkan bagi kita semua. Aku pikir sepanjang hari itu kita semua dilanda kecemasan yang luar biasa dan mungkin merasa seperti terombang-ambing. Semuanya tahu bahwa sehari sebelumnya (Kamis, 1 Mei 2008) telah diadakan rapat oleh para assisten dan supervisor. Kami tidak tahu pasti apa isi rapat tersebut, tapi selentingan kabar menyebutkan bahwa rapat pada hari Kamis adalah rapat pengangkatan. Kalau yang belum tahu nih, rapat pengangkatan adalah rapat dimana semua assisten dan supervisor menilai kinereja kita (calas), apakah kita layak untuk menjadi seorang assisten atau tidak (abang2 … mba2 … klo salah mohon diralat …). Kita semua cemas, mencoba untuk mencari tahu apa isi rapat kemarin. Kalau aku sih nothing to lose aja, keterima Alhamdulillah, kalau ga mungkin bukan rezeki, no hard feeling for it. Ada yang optimis, ada pula yang pesimis. Lalu pada sore harinya kami semua mendapatkan jarkom bahwa jam 7 malam nanti ada rapat bersama supervisor. Semakin deg-degan aja deh semuanya. Kita juga nggak tahu apa yang mau dirapatin dan dibahas, di jarkom itu hanya tertulis bahwa rapatnya penting dan nggak boleh telat. Sebelumnya, pukul 18.30, Dini dan Joe ada briefing kecil dengan admin dan assisten mereka di Lab11. Tiba saatnya, jam 7 teng !! kami semua berkumpul di Lab5. Duh, gat au deh .. campur aduk banget rasanya. Deg-degan, takut, bingung, semuanya campur jadi satu. Terus tiba-tiba Dini dateng dari Lab11 sambil nangis. Ow … ada apa ini sebenarnya?? Makin bingung dan penasaran aja deh. Aku mencoba Tanya Dini, tapi dia belum bisa diajak bicara, mungkin dia belum tenang. Aku lalu menengok ke belakang (kebetulan aku dan calas2 cw duduk di depan), dan ow …. Kok banyak assisten ya?? Padahal kan tadi di jarkom rapatnya bareng supervisor. Nggak tau deh mau diapain. Kita nunggu lumayan lama. Sambil menunggu, akhirnya Dini mau cerita walaupun sedikit. Dia bilang, kalau kesempatan dia untuk menjadi assisten hanya tinggal 30% saja. Pas briefing kecil-kecilan adminnya bilang makasih sama dia karena selama 5 bulan ini udah mau Bantu-bantu Lab11. WHAT?? Nggak tau deh, aku nggak mungkin tanya lebih lanjut karena dia masih terus menangis. Akhirnya, kita semua diberitahu bahwa rapat dipindahkan ke Lab11. Lagi-lagi firasat nggak enak soalnya Lab11 itu kan terpencil, tempatnya di bawah.

Menuju Lab11 … kita semua ketawa-ketawa sambil melepas tegang. Sampai di sana, kita semua disuruh duduk di bangku yang telah ditata sedemikian rupa. Bangku-bangku itu ditata di depan, jadi kita semua duduk menghadap mereka (asst dan spv). Posisi yang nggak menguntungkan …. Setelah semuanya berkumpul, Bang Budi lalu memberikan kita sebuah pertanyaan, pertanyaan yang simple, tapi mungkin susah dijawab. Pertanyaannya seperti ini “Menurut kamu, siapa diantara ke-19 calas yang paling pantas menjadi asst. dan berikan alasannya. Boleh menunjuk teman ataupun diri sendiri”. Dan orang pertama yang beruntung menjawab pertanyaan itu adalah Dika. Dia menjawab bahwa Aziz adalah orang yang paling pantas menjadi asst. Dan setelah semua calas menjawab pertanyaan itu, kita semua dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama berkumpul di Lab5 sedangkan kelompok kedua di Lab7. Sebelumnya, kita semua disuruh membawa tas dan membereskan semua barang-barang kita yang ada di loker, tidak boleh ada yang tertinggal. Aku berada di kelompok pertama, yang artinya aku harus pergi ke Lab5. Ketika memasuki Lab5, entah kenapa aku menangis. Mungkin karena aku calas di Lab tersebut. Lagipula aku duduk di barisan depan, barisan aku jika maintenance. Suasana Lab Gelap, lampu sengaja dimatikan. Di Lab tersebut, calas cw nya hanya aku dan Dini. Di sana, kami kembali mendapat 3 pertanyaan yang diajukan oleh Bang Feri dan Bang Ivo. Pertanyaannya sebagai berikut : "Apa yang akan kamu lakukan jika terpilih menjadi assisten??", "Apa kesan kamu tentang LABKOM??", dan "Apa yang harus dilakukan untuk memajukan LABKOM??". Hhmm ... pertanyaannya lebih berat daripada pertanyaan yang diajukan Bang Budi di Lab11. Setelah semuanya menjawab, kami kembali dibagi menjadi 2 kelompok. Aku satu kelompok dengan Ancah, Reza, Dika dan Puji berkumpul di Lab8. Di Lab8 ada Bang Erwan, Bang Topan, Bang Arief dan Mba' Dita. Bang Erwan lalu memberi kami sebuah surat, kami pun membacanya. Dan OMG ... isi surat itu menyatakan bahwa kami berlima tidak lolos untuk menjadi assisten. Entah kenapa aku nggak percaya, mungkin kalau aku yang nggak lulus, aku percaya. Tapi kalau Puji, Dika, Reza dan Ancah yang nggak lulus pasti ada kesalahan. Apalagi Ancah menjadi calas favorit untuk lolos. Seperti yang aku bilang diatas, aku nothing to lose aja lah menerima itu. Aku tetap tersenyum kok setelah membaca surat itu. Sama sekali nggak menangis (beneran, aku nggak boong). Aku melihat ke arah Ancah yang duduk di samping kananku. Ada sedikit raut kecewa di wajahnya. Aku menghibur dia sebisaku. Bang Erwan pun memberikan alasan kenapa kami tidak lolos lalu dilanjutkan dengan "ucapan perpisahan dan terimakasih" yang disampaikan oleh semua yang ada di situ. Sambil mendengarkan, aku mencoba menerka-nerka semua ini. Ada yang janggal dari semua ini. Kejanggalan pertama, dalam surat itu tidak ada tanda tangan ketua panitia Calas 2007 (Bang Erwan-red) dan Kepala Lab (Pak Lihin). Di surat itu juga tidak terdapat nomor dan perihal surat, hanya ada tanggal suratnya saja. Padahal, waktu Sidiq harus keluar, ia mendapat surat yang ditandatangai oleh Bang erwan dan Pak Bandi (waktu itu KA. Lab masih dijabat oleh Pak Bandi). Apalagi ini kan juga termasuk Surat Keputusan, salah satu surat resmi juga menurutku. Kejanggalan yang kedua, sebelum-sebelumnya aku sudah mendengar, kalau ada calas yang tidak lolos biasanya satu hari sebelumnya diberitahu secara personal. Tapi ini tidak, kami dikumpulkan lima orang dalam satu ruangan. Memang sih, waktu itu supervisor-supervisor pernah bilang bahwa ada sekitar 5 orang yang tidak lolos. Aku juga teringat cerita Ricky saat pengangkatan calas 2005. Katanya dia dikerjain gitu deh, di suruh pulang pas sampai di lantai 1 baru diberi tahu bahwa dia lolos. Setelah kami semua, yang katanya "nggak lolos", diberi kesempatan untuk menyampaikan sesuatu dan bersalam-salaman, kami lalu keluar dan disuruh pulang. Kami lalu jalan kebawah melalui tangga karena lift memang sudah mati. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 21.00 sambil jalan, aku tetap berfikir bahwa segala sesuatunya bisa terjadi, bahwa semua ini hanya rekayasa, bahwa semua ini hanya kejutan, bahwa kami semua sebenarnya lolos menjadi assisten. OK, sudah sampai di lantai 1. Kami diantar oleh Bang Febri dan Bang Feri. Sampai di lantai 1, sudah ada Ricky, Bang Hume, Aris (pacarnya Lely-red) dan Aie. Eits ... tunggu .... Aie bawa kamera, Canon EOS D40. Semakin besar kecurigaanku, nggak mugnkin kan istilahnya "saat-saat yang menyedihkan" kok malah difoto-foto. Aku lalu menghampiri dia, bilang smabil bercanda "Ie, gw pinjem kamera lo donk!! hehehehe". Sementara yang lainnya, aku juga nggak begitu jelas, disuruh membaca sesuatu yang ada di depan lift. Aku sih nggak begitu menghiraukan, sibuk ngobrolin rencana hunting foto untuk Garuda Photo Competition bareng Aie. Aku mendengar ucapan bersyukur dari teman-temanku, aku penasaran juga. Akhirnya aku liat sesuatu di depan lift itu. Ternyata itu adalah daftar nama-nama calas yang lolos menjadi assisten baru. BT juga sih soalnya kertasnya dibalik, jadi agak susah juga bacanya apalagi aku ada di belakang. Akhirnya aku dapat melihatnya, karena tulisannya kebalik dan agak kecil aku hanya dapat melihat bahwa yang lolos ada 19 orang. Aku pun berpikir ... "emangnya calas 2007 jumlahnya berapa orang sih??". Dasar aku yang bodoh .... sudah jelas-jelas bahwa calas 2007 itu jumlahnya 19 orang. Itu artinya KAMI SEMUA, CALAS 2007, LOLOS MENJADI ASSITEN !!!!! wuih .... aku langsung sujud syukur sambil nangis!!!

Kami berlima pun saling memberikan ucapan selamat, dan kami juga mendapat ucapan selamat dari beberapa assisten dan supervisor yang berada di lantai 1 tersebut. Kami lalu kembali disuruh naik ke Lab11 dan berkumpul di sana. Karena kami dalaha "kloter" pertama yang turun, jadi yang tahu semua ini baru kami berlima saja. Setelah itu, Bang Hume cerita katanya Aziz ekspresinya lucu pas baca "Surat Keputusan Tidak Lolos". Suratnya dia robek, trus dia lepas almamater dan duduk seenaknya. Kami yang mendengar jadi tertawa terbaha-bahak. Jadi penasaran pengen liat mukanya dia ahahahahaha. Setelah itu "kloter-kloter" berikutnya datang. Semuanya saling berpelukan, saling memberi ucapan selamat, saling menangis. Pokoknya rasanya campur aduk deh. Setelah semua kumpul dan suasana sedikit tenang, kita (assisten baru-red) bersalam-salama dengan asisten dan supervisor sambil diberikan nametag baru. Yiha ... akhirnya dapat juga nametag assisten. Lalu foto bersama-sama, acara dilanjutkan dengan makan-makan di Pak Kirno. Mungkin kita semua masih belum percaya dengan apa yang kita alami, tapi semua itu memang kenyataan, bukan mimpi.

Mungkin 6 bulan yang lalu, ketika kita mengambil formulir untuk ikut tes seleksi calas 2007, kta semua masih bermimpi untuk menjadi assisten. Tapi sekarang mimpi itu sudah menjadi kenyataan. Mendapatkan sesuatu dari hasil kerja keras kita memang terasa sangat menyenangkan, contohnya seperti cerita aku diatas. Dan satu lagi yang dapat aku sampaikan .... 4JJImemang Maha Kuasa dan Maha Besar. Beberapa jam sebelum pengangkatan, aku merasa seperti oarang yang gagal, seperti pecundang (baca postinganku yang sebelumnya), tapi beberapa saat kemudian, aku bagaikan pemenang........situasi memang cepat sekali berubah, karena kuasa dan kehendak-Nya tentunya.

TERIMA KASIH KEPADA SEMUA PIHAK YANG TELAH MEMBERIKAN AKU KEPERCAYAAN UNTUK MENJADI ASISTEN LABKOM, AKU BERJANJI AKAN MEMBAYAR KEPERCAYAAN KALIAN SEMUA..............

Untuk teman-temanku .... tetap semnagta ya .... ini baru awal, bukan akhir..... tunjukan ke semuanya bahwa kita memang layak dan pantas .... jangan sia-siakan kepercayaan mereka ya .....




Friday, May 02, 2008

Unintended Post


This post I dedicated to anca, dika, amel, reza, leli, iqy, havis, ary, dimas, restu, selan, azis, puji, aisyah, ferdi, april, dini and joe …

Aku benci perpisahan …
Tapi …
Jika memang harus ada perpisahan
Antara kita …
Entah itu aku yang harus berpisah,
Atau teman-teman yang lainnya …
Satu yang harus kalian ingat …
Kita pernah bersama …
Dan akan tetap bersama …
Lima bulan …
Melewati hari-hari bersama ..
Senang,
Sedih,
Tertawa,
Menagis,
Gembira,
Badai,
Semua kita lewati bersama …
Di satu tempat …
LABKOM UBL …

Kita akan tetap berteman baik,
Kita akan tetap menjadi satu,
Menjadi saudara …
Dan semua yang telah kita lewati …
Aku harap akan menjadi,
Suatu kenangan indah …
Dalam hidup kita …
Aku harap kita semua,
Akan tetap menyimpannya …
Memberikan satu tempat khusus
Dalam hati kita untuk semua itu …

Jika diantara kita harus ada yang tertinggal …
Ingatlah ….
Itu bukan akhir dari segalanya ….
Tetapi hanyalah sebuah awal ….

Aku tahu …
Mungkin berat …
Tetapi ..
Selalu ada hikmah
Dibalik semuanya …
Dan aku percaya …
Segalanya
Tidak akan pernah sia-sia…

aku sayang kalian semua …
aku sayang kalian semua …
aku sayang kalian semua …
aku sayang kalian semua …
aku sayang kalian semua …

I love you … more than everything you know …

(Thursday, May 1st 2008, 11.38pm, my lovely computer at home … with so much tears)
Related Posts with Thumbnails
:: kleine rote Teufel :: © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute Edited by: Rina Alfrina