e
Perhelatan Thomas – Uber Cup 2008 yang digelar di Jakarta mulai tanggal 11 – 18 Mei 2008 telah dimulai. Animo masyarakat pun sangat besar untuk menyaksikannya, termasuk Rina. Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik dan mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi (halah .. bahasanya…) Rina juga mau dong menyaksikan secara langsung perhelatan 2 tahunan sekali itu. Apalagi kali ini diselenggarakan di “rumah” sendiri, jadi kapan lagi bias nonton. Kan belum tentu setiap dua tahun diadakan di Indoensia. Atas dasar itulah kemarin (Minggu, 11 Mei 2008) Rina berniat untuk menyaksikan secara langsung di Istora Senayan. Oh ya, pada postingan ini Rina nggak akam membahas secara teknis bagaimana penampilan tim kita. Kalau bicara tentang teknis, kita serahkan saja kepada ahlinya yaitu Mas Roy Suryo, heheheheh (duh .. nggak nyambung ya !!). Niat untuk menyaksikan secara langsung sudah ada sejak Indonesia dipilih emnjadi tuan rumah, apalagi begitu Rina tahu kalau Thomas Cup kali ini akan diadakan di Jakarta. Lagiupla dari dulu Rina memang suka banget nonton pertandingan olahraga, baik itu yang berskala nasional maupun internasional seperti SEA Games, Tiger Cup, Asian Cup, Djarum Super Badminton Series, sampai Liga Sepakbola domestik. Walaupun terkadang Rina kurang tahu jalanya pertandingan seperti apa, tetapi Rina suka banget sama suasananya. Apalagi pas lagu Indonesia Raya dikumandangkan, wuih .. dijamin merinding disko deh. Kebiasaan notn pertandingan olahraga sudah Rina lakukan sejak masih kecil. Awalnya dulu sering diajak papa, lama-kelamaan jadi ketagihan dan sekarang sih lebih banyak nonton sama teman-teman. Cukup intermezzo nya and sekarang balik lagi ke Thomas – Uber Cup 2008. Tadinya sempet hopeless nggak akan bias nonton langsung di Istora, dari semua teman yang rina sms dan telpon, hanya Qivu yang merespon positif. Yang lainnya nggak bisa dengan berbagai alasan (semoga saja alsannya benar …). Sempet ragu juga sih kalau nonton hanya berdua, nggak asik aja. Tapi karena Qivu nya semangat banget, akhirnya kita jalan deh. Jam 5 sore, Qivu jemput Rina. Pertandingan dimulai jam 6 sore dan Rina masih berani berangkat jam segitu karena sebelumnya pas pertandingan Uber Cup yang disiarkan melalui stasiun TV, Rina masih melihat banyak sekali bangku kosong di Istora. Samapai di Senayan sekitar pukul 17.30 wah, mau masuk saja susah banget. Pintu masuknya banyak yang ditutup. Pertama kita coba masuk dari pintu yang dekat Hotel Century, tapi ditutup. Lalu putar balik ke arah Hotel Mulia dan mencoba masuk dari sana, ternyata ditutup juga. Tanya Pak Polisi katanya masuk dari Pintu I. balik lagi deh ke arah yang tadi. Dan ngeselin banget pas sampai pintu masuk yang dekat Hotel Century, ternyata dibuka. Wah, enapa nggak daritadi saja sih ?? Kan lumayan buang-buang waktu. OK deh, simpan saja marah-marahnya yang penting sekarang kan sudah bisa masuk dan mikirin mau parkir dimana cos parkiran penuh banget. Kebetulan di sana juga ada acara otomotif gitu dan pensi-pensi gitu deh. Akhirnya dapat parkir juga, eits jangan senang dulu. Kita kembali dibuat kesal dengan tukang parkir. Gimana nggak kesal, di pintu depan kita sudah dimintai uang parkir sebesar Rp. 3.000 eh pas di parkiran kita kembali dimintai uang parkir. Kali ini jumlahnya nggak tanggung-tanggung, Rp. 10.000 !! aaarrrggghhhh … gile apa, jangan mentang-mentang teman Rina bawa mobil BMW langsung cari kesempatan (tips no. 1 : jangan pernah bawa mobil bagus ke acara-acara seperti ini, kalau bisa naik angkot aja deh!! Atau nggak bawa motor lebih asik). Karena nggak mau cari ribut, akhirnya kita setengah terpaksa merelakan uang Rp. 10.000 untuk parkir, hitung-hitung bagi rezeki deh (tips no. 2 : jangan pernah cari gara-gara dengan orang-orang di tempat seperti itu cos biasanya teman-teman mereka banyak kecuali orang tua lo pangkatnya Jendral!! Nggak asik aja kalau pas acara udahan lo malah masuk rumah sakit atau nggak minimal kendaraa lo udah nggak lengkap lagi!!). Ternyata Qivu nggak bawa uang cash, dengan seribu maaf dia minta anterin Rina untuk cari ATM terdekat. Ke Hotel Sultan dulu deh buat ambil uang. Ternyata Hotel Sultan menjadi tempat menginap atlet dan official, di sana sempat bertemu Deddy “Miing” yang ternyata menjadi salah satu official. Entah kita nya yang norak atau memang Hotel Sultan nya yang super gede, kita sempat nyasar melewati ke suatu lorong yang ternyata tembus ke sebuah restoran. Dan kebetulan pula restoran tersebut menjadi tempat makan atlet dan offcial Thomas – Uber Cup 2008. Pas kita lewat ada atlet-atlet dari Selandi Baru, ganteng-ganteng deh pokoknya. Lumayan deh buat cuci mata cos banyak juga atlet dan official bule yang seliweran kesana-kemarin (ini bisa diliat dari nametag yang mereka pakai). Karena nggak nemu-nemu, kita bolak-balik tanya deh. Yang kita salut dari karyawan di sana, mereka tidak membedakan orang yang bertanya. Semuanya dijawab dan dilayanin dengan baik, termasuk kita. Padahal kalau diliat dari penampilan, boleh dibilang kita biasa banget deh. Aku Cuma pakai t-shirt, celana panjang dan sepatu. Qivu lebih parah, dia pakai sendal dan celana pendek hehehehe!! (tips no. 3 : jangan pernah malu bertanya dan jangan pernah malu dengan keadaan kita sendiri, PD aja lagi !!). Malahan kita mau dianterin ke tempat ATM karena mereka takut kita nyasar (emang udh nyasar pak !!), tapi kita tolak. Yang dicari akhirnya ketemu juga, lumayan jauh dari pintu masuk Hotel Sultan. Denagn tergesa-gesa kita kembali ke Istora Senayan, kebetulan kami juga belum mendapatkan tiket (tips no.4 : kalau bisa, belilah tiket min. 1 hari sebelum pertandingan untuk menghindari kehabisan tiket). Ternyata yang antri tiket lumayan banyak, bahkan sudah ada yang antri sejak siang tapi masih tetap belum mendapatkan tiket. Dari obrolan sana-sani dengan sesama pengantre, mereka mengakatakan bahwa daritadi tidak ada pemberitahuan tentang tiket. Jadi intinya keberadaan tiket masih simpang siur, memang sih ada yang bilang kalau tiket sudah habis. Tapi yang bilang seperti itu bukan dari panitia langsung, jadi agak sedikit meragukan. Beginilah enaknya kalau kita menonton langsung, kita akan mendapatkan banyak teman baru di sana.
Masih menyoroti soal tiket, di sini terlihat jelas bahwa ticketing nya blur banget. Kebiasaan Indonesia, kalau mengadakan suatu acara sepertinya tidak pernah evaluasi dari acara-acara sebelumnya. Harusnya panitia dapat berkaca dari perhelatan Asian Cup 2007 lalu dimana masalah ticketing adalah masalah yang paling banyak disoroti. Ketidakjelasan mengenai info tiket sebenarnya sudah ada selum Thomas-Uber Cup digelar. Biasanya pertanyaan pertama setiap orang ketika mendengar suatu event pastilah berhubunagn dnegan waktu dan tempat, “kapan sih ?? dimana emangnya??”. Yang kedua, pastilah biaya (dalam hal ini tiket), “bayar ga ?? kalau bayar tiketnya harganya berapa ?? belinya dimana??”. Lalu baru deh pertanyaan-pertanyaan tambahan seperti “acaranya ngapain aja ?? ada siapa aja ??”, iya kan seperti itu ?? Nah, seminggu sebelum acara dimulai Rina masih belum dapat info tentang tiket. Entah itu harganya maupun dapat dibeli dimana. Rina coba cari-cari di internet akhirnya ketemu juga. Dan Rina kaget banget karena menemukan info tiket tersebut justru dari sebuah blog. Memang sih yang punya blog itu adalah salah satu supervisor dalam acara Thomas Cup 2008. Tetapi, bukankah seharusnya di setiap situs (terutama situs sponsor) mencantumkan harga tiketnya ?? apa sih susahnya kasih sedikit space untuk informasi tiket, entah itu harga tiket ataupun tempat pembeliannya serta kapan loket tiket mulai dibuka. Karena yang Rina lihat, hampir semua keluhan orang-orang yang antri tiket itu sama yaitu mereka sama sekali tidak mendapatkan informasi tentang tiket. Harusnya panitia pelaksana sudah announce masalah tiket dari jauh-jauh hari. Dan harusnya lagi, tiket dan promosi lebih disosialisasikan lagi, labih gencar lagi. Bagaimanapun juga salah satu ukuran sukses dalam sebuah event adalah dapat dilihat dari banyaknya jumlah penonton. Tapi bagaimana kita mau nonton kalau mendapatkan tiketnya saja susah banget, kalau informasi tentang tiketnya saja susah. Padahal, sebelumnya tentu kita sudah melihat iklan-iklan di media cetak ataupun elektronik tentang event ini. Tapi ngaku deh, pasti semuanya nggak pernah lihat tentang info tiketnya kan ?? yang ada hanya tanggal dan tempat pelaksanaannya saja kan ?? Apa sih susahnya mencantumkan informasi harga tiket ?? kalau mereka-mereka beralasan bahwa informasi tiket sudah disebra melalui intenet, tunggu dulu sampai mereke mengetahui fakta yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia. OK, sekarang saya tanya kira-kira media informasi apa sih yang paling banyak dibaca/didengar oleh masyarakat kita ?? koran/majalah/tabloid/tv/radio/INTERNET ?? berani taruhan … pasti kalau diadakan polling beneran, jawaban yang paling banyak keluar adalah TV dan koran, bukan INTERNET!! Mengapa panitia tidak menitikberatkan informasi-informasi tersebut di media cetak/elektronik saja ?? jangan Cuma logo sponsor nya saja yang dibuat besar !! memangnya bagi masyarakat yang melihat, logo sponsor itu penting ya ?? sebelum-sebelumnya kita disindir karena sekarang rasa nasionalisme bangsa Indonesia sudah menurun, dan sekarang kita ingin membuktikan bahwa rasa nasionalisme kita masih tinggi. Kita memilih membuktikannya dnegan cara mendukung pahlawan-pahlawan olahraga kita. Tetapi bagaimana kita mau mendukung kalau kita saja dipersulit, mau nonton saja susahnya minta ampun. Rina percaya kok, kita semua hanya ingin menjadi warga negara yang baik dengan mendukung atlet-atletnya. Rina percaya bahwa masyarakat Indoensia sudah dewasa, sudah nggak zamannya lagi tuh ribut-ribut. Tapi bukankah keributan itu ada karena adanya pancingan ?? karena adanya desakan ?? Gimana kita nggak emosi, kalau kita nggak mendapatkan suatu kejelasan (masih ngomongin tiket nih!!). Mereka yang di atas sana nggak ngerasain sih gimana rasanya antri tiket, kepanasan, belum lagi di ping-pong sana sini, terus kalau bertanya belum tentu dijawab dengan enak dan sopan, disuruh ke tempat A eh sampai di tempat A malah disuruh ke tempat B, disuruh tanya si A, tanya si B, aaarrrggghhh males deh kalau sudah berurusan dengan birokrasi di Indonesia.
Yup, kita tinggalin masalah tiket dan kembali ke Istora Senayan. (tips no. 5 : sabar aja….jangan pernah kebawa emosi sama keadaan sekitar). Panik nggak dapat tiket, Rina akhirnya telpon Mas Angga, dia kan salah satu crew Trans TV dan tugas di dalam. Dia nggakbisa bantu karena dia juga nggak punya tiket. Mau pinjem nametag nggak mungkin, dia nggak akan bisa bergerak tanpa nametag. Coba telpon Pelangi, siapa tahu dia bisa minta tolong sama Danu, secara Danu kenal sama beberapa atlet pelatnas. Malang, Danu sedang berada di Surabaya. Hampir hopeless deh…..tapi kita tetap bertahan di depan Istora, sambil mengobrol dengan yang lainnya. Mau beli di calo harganya mahal banget, tiket yang harganya Rp. 20.000 dijual dengan harga Rp. 125.000, yang VIP nggak tahu deh, nggak berani tanya, takut shock pas denger harganya (tips no. 6 : sebisa mungkin hindari calo, kecuali kalau kepepet banget !! kalaupun mau beli, sebaiknya diam-diam saja, jangan di tempat yang ramai karena bisa-bisa kalau dilihat polisi urusannya bisa panjang deh). Qivu sempat punya rencana nggak waras, dia melihat banyak mobil yang keluar-masuk Istora lalu dia mengusulkan agar kita menumpang dalam mobil-mobil tersebut. Bener-bener nggak waras kan !! (tips no.7 : terkadang, punya rencana agak-agak nggak waras itu penting juga. Asal msh tau batesannay sih, hehehehehe). Aku sepertinya sudah benar-benar hopeless, tapi entah mengapa justru Qivu yang bersemnagat. Dia lalu mengajak Rina untuk kembali ke pintu masuk depan, dan di sana kita pura-pura goblok deh dengan tanya-tanya polisi yang jaga. Sok-sok polos dengan tanya mengenai tiket. Ada kejadian nggak terduga, ternyata salah satu polisi di sana adalah teman SMPnya Qivu. Waduh, rezeki deh!! Ngobrol-ngobrol sedikit, walaupun ujung-ujungnya Qivu minta dibantuin untuk masuk. Namanya Besus, dia bersedia untuk bantu masuk tetapi hanya sebatas masuk kawasan Istora saja. Karena untuk masuk ke dalam arena pertandingan, ternyata ada pemeriksaan lagi. Qivu nggak keberatan, yang penting kita bisa masuk. Masalah di dalam gampang deh, siapa tahu ternyata di dalam kita punya kenalan lagi yang menjadi polisi hehehehe *ngarep*. OK, kita sudah berada di dalam lingkungan Istora. Pasang muka innocent aja deh. (tips no. 8 : jangan pernah pasang muka pani, sok-sok nggak tau apa-apa aja !!). Di dalam, kita ketemu dengan orang-orang yang tadi antri bersama kita di depan. Mereka bisa masuk dengan bantuan seorang wartawan. Dan lagi-lagi ada kejadian nggak disangka. Rina melihat seseorang, sepertinya sih mukanya familiar, sepertinya satu kampus dengan Rina. Dia negor Rina “hei, lo bukannya asslab ya ?? rina kan??” woww…ternyata Rina tenar juga ya !! ahahahahaha. Ngobrol-ngobrol sedikit, ternyata dia juga mau nonton. Dia pun belum punya tiket, tapi ternayta dia bisa masuk !! lho-lho … gimana caranya ?? Manfaatin jabatan ah sedikit ”gw sm tmn gw jg mau donk masuk ke dlm. Bisa bantuin kan ?? klo nggak ntr account lo di labkom gw disable deh…hehehehehe” ß asli, yang terakhir itu bercanda banget, sumpah !! Akhirnya dia mau bantu dan caranya super duper guampang !! Rina nggak akan ceritain di sini, nggak etis ah. Yang jelas, akhirnya kita semua bisa masuk ke dalam dan menyaksikan secara langsung pertandingannya. Walaupun pas kami masuk ke dalam kedudukan sudah 1-1 karena kami tidak sempat menyaksikan partai tunggal pertama dan ganda pertama Indonesia. Malahan pas ganda kedua main, kita semua bisa pindah tempat duduk di kusri VIP. Pasti nggak percaya kan ?? beneran kok, Rina duduk di dekta Istrinya Taufik Hidayat (Armidianti Gumelar –red) dan Nirina Zubir. Rezeki banget deh pokoknya. Sebenarnya bukannya Rina mau melakukan tindak kejahatan, tetapi Tina sudah berusaha untuk mendapatkan tiket tersebut. Rina juga mempublish ini bukan berarti ingin pamer atau apalah. Rina Cuma ingin kalian semua yang baca tahu, bahwa penyelenggaraan Thomas-Cup 2008 boleh dibilang bobrok banget. Hanya sebagai bahan koreksi sajalah. Satu lagi yang Rina adpatkan dari kejadian semalam. Ternyata di Indonesia koneksi itu amat dan sangat penting ya. Buktinya karena kita (bukan hanya Rina) berkenalan dengan seorang wartawan yang baik banget (sumpah nggak boong, dia wartawan beneran, dr suatu koran, baik banget!!) dia bilang kapada kita, kalau besok (hari ini –red) ingin nonton lagi, cukup hubungi hp dia saja, 1 tempat VIP sudah di tangan untuk masing-masing yang mau datang. Surga dunia deh …..